Paket $5.00: Termasuk 2 Buku dan 14 Program DVD (Harga Termasuk Ongkos Kirim)

Beli Seharga $5.00

Bantu Kami Menyelamatkan Jiwa-Jiwa
DONASI

Inilah Penjelasan untuk Kebingungan & Krisis Pasca-Vatikan II
TONTON VIDEO

“Pesulap”: Bukti Keberadaan Dunia Rohani
TONTON VIDEO

Inilah Antikristus!
TONTON VIDEO

Bukti yang Mengagumkan untuk Allah - Bukti Ilmiah yang Membantah Evolusi
TONTON VIDEO

Mengapa Neraka Harus Abadi
TONTON VIDEO

Babel Sudah Jatuh, Sudah Jatuh!!
TONTON VIDEO

Salah Kaprah Orang-Orang Kristen Palsu tentang Efesus
TONTON VIDEO

Penciptaan dan Mukjizat-Versi Singkat
TONTON VIDEO
^
Paus St. Leo Agung mengakhiri perdebatan
Kita telah melihat bagaimana Tradisi tidak mengajarkan pembaptisan keinginan dan bagaimana ajaran infalibel Gereja tentang Sakramen Pembaptisan dan Yohanes 3:5 menentangnya. Dan kita telah melihat bagaimana kesalahan ini disebarluaskan pada Abad Pertengahan lewat bacaan-bacaan yang di dalam tulisan-tulisan para rohaniwan Gereja. Saya sekarang akan mendiskusikan pernyataan yang mungkin paling menarik tentang masalah ini, surat dogmatis Paus St. Leo Agung kepada Flavianus, yang menentang pembaptisan keinginan dan pembaptisan darah.
Sebelum saya membahas kepentingan yang begitu besar dari pernyataan ini, saya akan memberikan suatu latar belakang untuk surat dogmatis ini. Ini adalah surat dogmatis St. Leo agung yang terkenal kepada Flavianus, yang awalnya dituis pada tahun 449, dan kemudian diterima oleh Konsili Kalsedon, konsili umum keempat dari Gereja – di tahun 451 (dikutip di dalam Decrees of Ecumenical Councils {Dekrit-dekrit Konsili-konsili Ekumenis}, Georgetown Press, Vol. 1, hal. 77-82). Surat ini adalah surat yang terkenal yang, sewaktu dibacakan dengan suara lantang di Konsili Kalsedon yang dogmatis, membuat semua bapa dari konsili tersebut (lebih dari 600) berdiri di atas kaki mereka dan menyatakan “Ini adalah iman dari para Bapa, iman dari para rasul; Petrus telah berbicara lewat mulut Leo.” Surat yang sama mewujudkan istilah ex cathedra (berbicara dari Takhta Petrus), seperti yang dibuktikan oleh Konsili Kalsedon di dalam definisinya tentang Iman, yang disetujui secara otoritatif oleh Paus Leo sendiri.
Dan jika hal tersebut tidak cukup untuk membuktikan bahwa surat Paus Leo, tanpa keraguan, infalibel dan dogmatis, pertimbangkanlah fakta bahwa surat ini juga disetujui oleh Paus Vigilius pada Konsili Konstantinopel II (553)[2] dan Konsili Konstantinopel III (680-681).[3] Surat ini juga ditegaskan secara infalibel oleh sejumlah Paus yang lain, termasuk: Paus St. Gelasius, 495,[4] Paus Pelagius II, 553,[5] dan Paus Benediktus XIV, nuper ad nos, 1743.[6]
Akibat kepentingan yang besar dari Surat Paus Leo terhadap masalah yang terkait ini, saya akan mengutip suatu kutipan dari Paus St. Gelasius yang menunjukkan bagaimana tidak seorang pun dapat menentang, sedikit pun, surat dogmatis dari Paus St. Leo kepada Flavianus.
Di sini kita melihat Paus St. Gelasius berbicara ex cathedra untuk mengutuk semua orang yang akan bergeser, bahkan berkenaan dengan satu titik pun, dari naskah surat dogmatis Paus Leo kepada Flavianus.
Sekarang, di dalam bagian dari surat dogmatis Paus Leo yang dikutip di atas, ia membahas tentang Penyucian oleh Roh. “Penyucian oleh Roh” adalah istilah untuk Pembenaran dari keadaan dosa. Pembenaran adalah keadaan rahmat. Tidak seorang pun dapat masuk Surga tanpa Penyucian oleh Roh [Pembenaran], seperti yang diakui oleh semua orang yang mengaku diri Katolik. Paus St. Leo mengakui, di atas otoritas dari para rasul agung Petrus dan Yohanes, bahwa Penyucian oeh Roh ini dilaksanakan oleh pemercikan dari Darah Kristus. Hanya dengan menerima Darah Penebusanlah, ia membuktikan, seseorang dapat diubah dari keadaan Adam (dosa asal) kepada keadaan rahmat (pembenaran/penyucian). Hanyalah oleh Darah ini pulalah Penyucian oleh Roh bekerja. Dogma ini juga didefinisikan oleh Konsili Trente.
Adalah suatu kebenaran yang diwahyukan bahwa tidak seorang pun dapat dibebaskan dari keadaan dosa dan disucikan tanpa diterapkan Darah Penebusan kepadanya. Tentang hal ini tidak seorang Katolik pun dapat meragukannya.
Para pendukung pembaptisan keinginan/darah – dan hal ini juga mengikutsertakan “St. Benedict Center”, karena mereka juga percaya akan pembenaran oleh keinginan – berargumentasi bahwa Darah Penebusan, yang melaksanakan Penyucian oleh Roh, diterapkan kepada jiwa oleh keinginan untuk pembaptisan atau oleh kemartirannya, tanpa pembaptisan air. Ingatolah bahwa: para pembaptisan keinginan/darah berargumentasi bahwa Darah Penebusan, yang melaksanakan Penyucian oleh Roh, diterapkan kepada jiwa tanpa pembaptisan air. Tetapi hal ini berlawanan secara persis dengan apa yang didefinisikan oleh Paus Leo Agung secara dogmatis! Saya akan mengutip bagian-bagian yang penting dari pernyataannya kembali:
Paus St. Leo mendefinisikan bahwa di dalam Penyucian, Roh Penyucian dan Darah Penebusan tidak dapat dipisahkan dari air pembaptisan! Maka, tidak terdapat Pembenaran oleh Roh dan Darah tanpa Sakramen Pembaptisan.
Hal ini secara infalibel menentang konsep pembaptisan keinginan dan pembaptisan darah sendiri, yaitu bahwa penyucian oleh Roh dan Darah tanpa air mungkin terjadi.
Sehubungan dengan surat dogmatis ini, dan segala fakta lain yang telah dikedepankan, pembaptisan keinginan dan pembaptisan darah tidak dapat dipercayai; karena teori-teori tersebut memisahkan Roh dan Darah dari air di dalam penyucian.
Dan agar seseorang tidak mencari kesalahan di dalam definisi infalibel tersebut dengan berargumentasi bahwa Perawan Maria yang Terberkati adalah suatu pengecualian terhadap definisi tersebut, harus diakui bahwa Paus St. Leo mendefinisikan penyucian/pembenaran dari keadaan dosa.
Perawan Maria yang Terberkati tidak memiliki dosa. Saat ia dikandung, ia sudah berada di dalam keadaan penyucian yang sempurna. Karena Paus Leo mendefinisikan penyucian/pembenaran dari dosa, definisinya sama sekali tidak berlaku kepadanya {Perawan Maria}.
Oleh karena itu, tidak mungkin terdapat Pembenaran seseorang yang berdosa tanpa pembaptisan air (de fide). Tidak mungkin terdapat penerapan kepada seorang pendosa Darah Penebusan Kristus tanpa pembaptisan air (de fide). Tidak mungkin terdapat keselamatan tanpa pembaptisan air (de fide).
Untuk membuktikan lebih lanjut poin bahwa pernyataan dogmatis ini secara spesifik melenyapkan segala teori pembaptisan keinginan, perhatikan bagaimana St. Thomas Aquinas (sewaktu mengajarkan tentang pembaptisan keinginan) menyatakan hal yang sama sekali berlawanan dengan apa yang didefinisikan Paus St. Leo Agung.
St. Thomas berkata bahwa pembaptisan keinginan memberikan satu penyucian tanpa air pembaptisan. Paus St. Leo Agung berkata secara dogmatis dan infaibel bahwa seseorang tidak dapat mendapatkan penyucian tanpa air pembaptisan! Seorang Katolik harus menerima ajaran Paus St. Leo Agung.
Pentingnya pernyataan Paus St. Leo begitu luar biasa. Hal ini secara alamiah menghancurkan segala ide tentang keselamatan bagi mereka yang mengalami “ketidaktahuan yang tidak teratasi”. Jiwa-jiwa tidak dapat disucikan dan dibersihkan oleh Darah Kristus tanpa menerima air pembaptisan yang menyelamatkan, yang akan dibawakan oleh Allah kepada semua orang yang berkehendak baik.
Dogma bahwa Darah Kristus diterapkan kepada seorang pendosa di dalam Sakramen Pembaptisan didefinisikan oleh Konsili Trente, tetapi, definisi tersebut tidak sespesifik definisi dari Paus Leo. Perbedaannya adalah bahwa sewaktu definisi Trente tentang Darah Kristus mnetapkan prinsip bahwa Darah Kristus diterapkan kepada seorang pendosa di dalam Sakramen Pembaptisan, definisi Paus Leo menegaskan bahwa hal ini berarti bahwa Darah Kristus hanya dapat diterapkan kepada seorang pendosa oleh Sakramen Pembaptisan.
Pernyataan Paus St. Leo juga secara radikal menegaskan pengertian Gereja yang konsisten tentang kata-kata Yesus Kristus di dalam Yohanes 3:5 di dalam artinya yang amat sangat harfiah: Jika seseorang tidak dilahirkan kembali dari air dan Roh, ia tidak dapat memasuki kerajaan Allah.
Seseorang dapat melihat keselarasan dari pernyataan dogmatis Paus St. Leo Agung dengan semua pernyataan lain di atas: tidak terdapat keselamatan tanpa air dan Roh sebab Darah Kristus – yang tanpanya tidak seorang pun dibenarkan – dengan sendirinnya tidak terpisahkan dari darah dan Roh.
Mereka yang mengerti pernyataan dari Paus St. Leo ini harus menolak segala kepercayaan di dalam teori pembaptisan keinginan dan darah. Mereka harus mengakui bahwa para teolog yang percaya akan pembaptisan keinginan dan darah membuat kesalahan. Mereka harus berhenti mempercayai dan mengajarkan bahwa Penyucian oleh roh terjadi tanpa pembaptisan air. Mereka yang menolak untuk melakukan hal ini bersikeras menentang ajaran Greja. Untuk bersikeras menentang ajaran Gereja adalah untuk jatuh ke dalam bidaah. Untuk jatuh ke dalam bidaah tanpa pertobatan adalah untuk kehilangan keselamatan seseorang.
Beberapa orang mungkin bertanya-tanya mengapa beberapa orang kudus dan teolog mengajarkan pembaptisan keinginan dan darah walaupun setelah waktu pernyataan Paus Leo. Jawabannya sederhana. Mereka tidak menyadari tentang pernyataan Paus Leo yang definitif tentang hal ini, mereka bersalah dalam kehendak baik; mereka adalah manusia yang falibel; mereka tidak menyadari bahwa posisi mereka bertentangan dengan ajaran Gereja Katolik yang infalibel ini.
Tetapi sekalinya seseorang mengakui bahwa posisi ini tentang pembaptisan keinginan dan darah bertentangan dengan ajaran infalibel Gereja Katolik – sebagaimana yang dibuktikan oleh pertimbangan yang cermat akan pernyataan infalibel dari Paus Leo – seseorang harus mengubah posisinya jika ia tetap ingin menjadi Katolik dan menyelamatkan dirinya sendiri. St. Petrus telah berbicara lewat mulut Leo dan menegaskan bagi kita bahwa Roh Penyucian dan Darah penebusan tidak dapat dipisahkan dari hubungan mereka dari pembaptisan air, maka kita harus menyelaraskan posisi kita dengan hal ini, jika tidak, kita tidak memiliki iman dari Petrus.
Catatan kaki:
[1] Decrees of Ecumenical Councils {Dekrit-dekrit Konsili-konsili Ekumenis}, Vol. 1, hal. 81.
[2] Decrees of Ecumenical Councils {Dekrit-dekrit Konsili-konsili Ekumenis}, Vol. 1, hal. 112.
[3] Decrees of Ecumenical Councils {Dekrit-dekrit Konsili-konsili Ekumenis}, Vol. 1, hal. 127.
[4] Denzinger 165.
[5] Denzinger 246.
[6] Denzinger 1463.
[7] Denzinger 165.
[8] Denzinger 790.
[9] Denzinger 795.
[10] Decrees of Ecumenical Councils {Dekrit-dekrit Konsili-konsili Ekumenis}, Vol. 1, hal. 81.
[11] Decrees of Ecumenical Councils {Dekrit-dekrit Konsili-konsili Ekumenis}, Vol. 1, hal. 81.
[12] Denzinger 790.
[13] Denzinger 696; Decrees of Ecumenical Councils {Dekrit-dekrit Konsili-konsili Ekumenis}, Vol. 1, hal. 542.
[14] Denzinger 791; Decrees of Ecumenical Councils {Dekrit-dekrit Konsili-konsili Ekumenis}, Vol. 2, hal. 666-667.
[15] Denzinger 858.
[16] Denzinger 861; Decrees of Ecumenical Councils {Dekrit-dekrit Konsili-konsili Ekumenis}, Vol. 2, hal.685.